ENDAH KUNWANDANI


Ending of Endah's Diary

Endah sahabatku,
karena kamu tak sempat lagi menyelesaikan diary-mu jadi ijinkan aku lancang menulis untukmu, dan untuk teman-teman kita, agar kenangan yang indah tentangmu tetap hidup dalam hati kami semua sampai kita semua berkumpul lagi di kedamaian abadi . . .

Jumat siang, 9 Juli 1999

Manajer personalia mendatangimu, membawa kabar bahwa perusahaan (SumitomoCorp.) memutuskan mengangkatmu jadi karyawan tetap, karena kamu telah melewati masa 3 bulan percobaan dengan baik.
Ndah.. tentu ini menggenapkan kebahagiaanmu, karena semester inikamu juga telah berhasil lulus ujian FEUI ekstension. Manajermu yang baik dan ramah itu mengatakan bahwa hari Senin 12 Juli ini kamu arus mendatangani surat kontrak sebagai karyawan baru. Wah, pasti yang kamu tidak sabar melihat surat kontrak itu.

Jumat sore, 9 Juli 1999

Pulang kerja, kamu ke pergi Blok M bersama tiga orang kawan-kawanmu se-gank di perusahaan ini. Kalian berempat sampai ke toko sepatu... dan ketiga temanmu membujukmu untuk membeli sepasang sepatu hak tinggi. Tidak, itu bukan kebiasaanmu memakai sepatu hak tinggi. Aku tahu, kamu juga tidak pernah minder dengan penampilan dan tinggi badanmu. Kamu selalu tampil apa adanya, bahkan terkesan cuek. Sepertinya kamu paling senang hanya dengan jins dan kaos t-shirt. Tetapi ketiga temanmu terus membujukmu, "Sekali-sekali dooong..." bujuk mereka. Akhirnya sepatu hak tinggi pertama dalam hidupmu itu kamu beli juga. "Nanti kalau tanda tangan kontrak hari Senin Endah mau pakai sepatu ini," katamu pada ketiga temanmu itu. Kamu masih menambahkan, kalau sepatu itu  mau kamu pakai juga pada upacara wisuda sarjana FEUI Ekstension akhir Agustus nanti. Rupanya kedua moment itu yang saat ini paling membuatmu bahagia, sehingga kamu harus "spesial" untuk kedua hal itu. Sepatu hak tinggi itulah "spesial" untuk seorang Endah yang selalu tampil sangat sederhana dan apa adanya.

Sabtu pagi, 10 Juli 1999

Pagi ini kamu mencegah ibumu menyetrika baju. "Biar Endah saja, Ma," katamu...
Aku tahu, kamu "lagi baik" sama ibumu karena sedang diliputi rasa bahagia. Apalagi hari ini Sumitomo Corp. akan mengadakan Family Holiday, liburan tahunannya, ke Tanjung Lesung, daerah pinggir pantai yang indah di dekat Anyer.
Kata ibumu pagi itu kamu pergi tidak pamitan, atau mungkin ibumu yang tidak mendengar kamu pamitan. Yang jelas, kamu buru-buru pergi karena sudah ditunggu kawan-kawanmu.
Aku tahu 'Ndah, kamu sangat menyukai piknik, apalagi ke pinggir pantai.
Teman-teman KPM pasti tidak akan lupa kegilaan kita waktu main air di Pantai
Carita. Aku maklum kok, kalau kamu begitu bersemangat pagi itu, sehingg tidak pamitan secara khusus pada ibumu. Ibumu hanya teringat, kamu kadang-kadang bilang, "Doain Endah ya Ma, supaya selamat di jalan..." Ah Endah, ibu mana yang tidak mendoakan keselamatan anaknya...

Sabtu siang 10 Juli 1999

Kamu masih sempat belanja bekal untuk piknik. Seperti biasa, kamu belanja makanan ringan dan kue-kue. Kamu beli banyak. Aku tahu, persis seperti kepada teman-teman di KPM, kamu beli untuk dimakan rame-rame. Aku jadi ingat, waktu kamu masih kerja di Danone, kamu selalu membawa biskuit produksi Danone setiap ada acara KPM. Suatu kali kamu membawa  biskuit yang tanggal kadaluarsanya tinggal sehari. Aku tahu kamu tidak sengaja, karena kamu toh mengambil gratis di kantormu. Lalu, setiap kali kamu membawa makanan, aku selalu bilang, "He, itu dari Endah ya, coba periksa tanggal kadaluarsanya!"  kalau aku ledek begini, kamu cuma bisa teriak dan mencubit tanganku keras-keras, tetapi kamu toh tidak pernah malu atau sakit hati, karena niat kamu memang selalu membawakan yang baik dan enak-enak untuk teman-temanmu. Setelah beli makanan itu kamu segera bergegas ke kantor, karena empat bis HIBA sudah siap mengantar rombongan besar karyawan Sumitomo Corp. beserta keluarganya menuju Tanjung Lesung.  Di bis selama perjalanan, kamu lebih banyak membaca. Buku "Chicken Soup For The Soul". Piknik-piknik begini kamu tetap saja "konsisten" dengan minatmu untuk membaca buku-buku seperti itu. Aku juga teringat bagaimana kamu begitu terkesan dengan buku "Celestine Prophecy" hingga dikit-dikit mengutip isi buku itu.

Sabtu sore, 10 Juli 1999

Acara Family Holiday diawali dengan pertandingan polo air antara karyawan Sumitomo dengan karyawan resort setempat. Kamu masih dengan ketiga kawanmu menyaksikan pertandingan itu dengan asyik dari pinggir kolam. Jam lima sore pertandingan polo air itu berakhir, dan kamu beserta ketiga temanmu, dan juga dengan beberapa orang lagi yang juga anggota rombongan gantian masuk kekolam. Kamu sempat bilang, "Pokoknya Endah harus berenang, pokoknya Endah mau berenang," meskipun kamu tahu sendiri kalau kamu tidak bisa berenang... Tidak lama bermain-main air, ketiga temanmu naik dari kolam, mereka akan mengambil kamera. Kamu tidak ikut dengan mereka, kamu tetap ingin tinggal di kolam renang itu. Agak jauh juga memang jarak dari kolam ke kamar cottage kalian berempat. Sekitar 10 menit pulang pergi jalan kaki. Kembali dari kamar dengan kamera, ketiga temanmu tidak melihat dirimu. "Endah mana, mana Endah..." cari mereka, tetapi kamu tidak juga tampak, sementara mereka mulai berfoto-foto. Salah satu temanmu kembali mencarimu ke kamar cottage, mungkin selisipan jalan, pikirnya. Tetapi ia tidak juga menemukanmu. Kurang lebih dua puluh menit setelah kamu ditinggalkan oleh ketiga temanmu itu, seorang bapak, juga anggota rombongan, membersihkan kacamata renangnya. Saat itulah ia melihat dirimu ada di dasar kolam. Segera ia menyelam, mengangkat tubuhmu, dan mengeluarkannya dari kolam. Tidak ada satupun orang yang saat itu juga ada di kolam renang mengetahui kenapa kamu bisa berada di dasar kolam, tidak juga satu pun yang mendengar teriakan atau apa pun yang lain. Pertolongan pertama segera diberikan oleh teman-temanmu. Salah seorang karyawan yang bekas perawat segera memberikan pernafasan buatan dan mengeluarkan air yang ada dalam perutmu. Tetapi kamu tidak juga segera sadar. Orang-orang: anggota rombongan dan pihak resort panik. Kamu segera dibawa ke Puskesmas terdekat. Namun, di puskesmas itu tidak ada perawat, apalagi dokter, sehingga kamu langsung dilarikan lagi ke Rumah Sakit Labuhan. Sampai di rumah sakit, teman-temanmu memasrahkan dirimu ke tangan dokter. Hingga, akhirnya dokter mengatakan, bahwa kamu sudah pergi..........

==============================================

Hingga kini, buku diary Endah yang sebenarnya, yang selalu dibawanya, belum ditemukan, dan tidak ada yang tahu di mana... Yang ada adalah buku notes nomor telpon teman-teman dan relasinya. Di notes itu ada sebuah puisi yang ditulis pada selembar kertas. Tanpa tanggal, puisi ini ditulis oleh tulisan tangan Endah sendiri. Puisi ini kemudian saya pinjam seijin Ibu dan kakaknya. Puisi yang menjadi gambaran kehidupan Endah sendiri :

"Jalan Tuhan"

Bukan wewenang kita harus tahu
Mengapa doa kita tak dikabulkan, namun
Kita harus tunggu saat Tuhan
Untuk membebaskan salib kita.

Bukan wewenang kita harus tahu
Mengapa berpisah dengan kekasih
Namun milikilah iman & harapan
Meskipun hati terasa pedih

Bukan wewenang kita harus tahu
Mengapa bersusah payah & menderita
Namun yakinlah bahwa mahkota
dirimu kelak menjelma menjadi
rahmat anugerah.

Tak ada anugerah lebih mulia
Dari salib, mahkota & hati
yang luka, maka diamlah
jangan berkeluh kesah.
Semuanya itu adalah kunci surga.

"Tuhan mengajar kita tentang
jalan-jalanNya supaya kita
berjalan menempuhnya"

                             Yesaya 2:3

[puisi di atas diketik ulang sebagaimana adanya]

 

Itulah si Endah!

pribadi yang selalu gembira, optimis, tidak gampang mengeluh, tabah dan tegar menghadapi nasib. Tidak pernah menyerah untuk maju. Lulus dari Poltek UI, ia bekerja, menabung, hingga bisa kuliah lagi sambil kerja untuk memperoleh S1 di FEUI-Ekstension.

Di perusahaan tempat kerjanya persis sebelum di Sumitomo ini, ada seorang senior perempuan yang sangat tidak menyukai Endah, karena Endah lebih pintar, luwes, dipercaya atasan, dan banyak teman. Orang ini terus menekan Endah, hingga Endah -akhirnya- tak tahan untuk tidak mengeluh,

saya pernah bilang padanya untuk pindah saja, sementara seorang teman lain mengatakan, kalau pindah, menyerah, itu artinya kalah. Lalu Endah memilih untuk bertahan (!). Dan tidak ada satu kalipun upaya dari Endah untuk membalas perlakuan orang itu, selain menerimanya dengan sabar, bahkan kadang dianggapnya perlakuan itu hanya humor belaka...

Baru tiga bulan ini Endah pindah ke Sumitomo, tentunya dengan harapan mendapat penghasilan yang lebih besar, agar ia bisa membantu adiknya yang sedang mencari sekolah setelah lulus SMA. Karena, pensiun ayahnya yang purnawira tentara berpangkat rendah, dan penghasilan ibunya yang pegawai puskesmas, tentu tidak cukup untuk membiayai seluruh rumah tangga, dan terlebih biaya pendidikan adiknya. Dan Endah memang sangat prihatin dengan itu, sehingga kalau sakit ia tidak pernah berobat ke dokter swasta, selain ke puskesmas tempat ibunya bekerja.

Endah juga tidak pernah berhenti, dalam pencariannya menemukan Tuhan.Saya pernah bilang, bahwa Kristus yang bangkit itu ada jika dua orang atau lebih berkumpul dalam namaNya, kongkritnya dalam diri teman-teman kita, dalam kegiatan-kegiatan kita. Lalu ia sering menuliskan dalam kertas-kertas peneguhan (saya pikir tidak hanya kepada saya), "I see Christ inside you" Dan ia terus bergumul dalam pencariannya itu, menggugat, dan mempertanyakan, kadang-kadang naif dan terlalu lugu pengertian-pengertian rohani yang ada pada Endah... tetapi justru di situlah letak keutamaan kesederhanaan Endah.


Akhirnya,

Endah memenangkan itu semua,
karena Ia sendiri sekarang mengalami Kristus yang bangkit
Endah, berdoalah juga bagi kami,
yang masih berjuang menemukan Tuhan di dunia ini...
seorang sahabatmu dalam peziarahan hidup,

                                   SATRIO    
KUKSA UI